Pada zaman kita sekarang,
praktik perdukunan juga banyak. Bukan karena terputusnya wahyu. Tetapi karena
jauhnya masyarakat dari ajaran wahyu (Al-Qur'an), serta keengganan mereka untuk
mempelajari dan mengamalkannya. Jumlah mereka jutaan, tersebar di seantero bumi
nusantara ini. Ada seorang dukun ternama yang pernah menyampaikan ke Majalah
Ghoib, bahwa Jumlah personil dukun yang bernaung dalam kelompoknya berjumlah
lebih dari 13 juta personil. Itu hanya satu paguyuban, belum lagi paguyuban dan
kelolmpok lainnya yang tidak dibawah naungannya.
Tidak semua dukun yang membuka praktik perdukunan benar-benar seorang dukun. Tidak semua dukun dibantu oleh jin dalam praktiknya. Tidak semua dukun menguasai ilmu-ilmu mistik atau supranatural. Di antara mereka banyak juga yang hanya modal nekat. Karena susah cari pekerjaan atau sulit mencari penghasilan, akhirnya dengan intrik dan rekayasa serta trik tersembunyi mereka membuka praktik perdukunan.
Perdukunan adalah istilah penghinaan yang digunakan untuk menggambarkan praktik non medis ujungnya penipuan. Perdukunan merupakan kepura-puraan keterampilan non medis atau orang yang berpura-pura sebagai seorang ahli profesional, memiliki pengetahuan atau kualifikasi pada beberapa bidang keahlian, padahal dia tidak memiliki dan merupakan Seorang penipu.
Tidak semua dukun yang membuka praktik perdukunan benar-benar seorang dukun. Tidak semua dukun dibantu oleh jin dalam praktiknya. Tidak semua dukun menguasai ilmu-ilmu mistik atau supranatural. Di antara mereka banyak juga yang hanya modal nekat. Karena susah cari pekerjaan atau sulit mencari penghasilan, akhirnya dengan intrik dan rekayasa serta trik tersembunyi mereka membuka praktik perdukunan.
Perdukunan adalah istilah penghinaan yang digunakan untuk menggambarkan praktik non medis ujungnya penipuan. Perdukunan merupakan kepura-puraan keterampilan non medis atau orang yang berpura-pura sebagai seorang ahli profesional, memiliki pengetahuan atau kualifikasi pada beberapa bidang keahlian, padahal dia tidak memiliki dan merupakan Seorang penipu.
Orang yang melakukan perdukunan
biasanya tidak sendiri, mereka biasanya terdiri dari beberapa orang merupakan
satu TIM yang modus operasinya adalah penipuan. Untuk mencari mangsa ada
orang-orang yang bertindak sebagai orang yang mempromosikan bidang keahlian si
dukun itu, padahal promosinya omong kosong dan penipu. Jika ada mangsa yang
sudah masuk perangkap maka mulai diadakan perjanjian untuk pergi ke rumah sang
Dukun. Dengan trik perdukunan si Mbah Dukun bisa menebak isi hati dan kemauan
pasien, inilah salah satu penipuan yang bisa menjatuhkan martabat Dukun yang
asli.
Pada mulanya Dukun adalah
orang-orang penolong tanpa pamrih. Dengan adanya Penipu yang menyamar sebagai
Dukun ini maka dikenalah istilah Perdukunan yang nilainya negatif di masyarakat
luas yaitu diasosiakan sebagai Seorang penipu.
Untuk menipu mangsanya biasanya
menawarkan azimat maupun benda-benda bertuah yang harganya mahal, padahal ini
merupakan tata cara penipuan yang halus jalannya. Ada juga penipu yang menyamar
sebagai orang yang taat beragama dan dengan TIM-nya itu sebenarnya merupakan
Penipu-penipu yang menyamar sebagai orang-orang taat beragama, ini juga
sebenarnya Perdukunan yang berada pada jalur agama. Cara menipunya dengan
minyak wangi yang harganya jutaan rupiah dan bahkan ada yang sampai ada minyak
wangi yang harganya sampai diatas sepuluh juta rupiah padahal isinya cuman
sedikit dengan botol khusus ukurannya kecil.
Globalisasi
Globalisasi adalah suatu proses di mana antar individu, antar kelompok, dan antar negara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan memengaruhi satu sama lain yang melintasi batas negara.
Dalam banyak hal, globalisasi mempunyai banyak karakteristik yang sama dengan internasionalisasi sehingga kedua istilah ini sering dipertukarkan. Sebagian pihak sering menggunakan istilah globalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya peran negara atau batas-batas negara.
Globalisasi memengaruhi hampir semua aspek yang ada di masyarakat, termasuk diantaranya aspek budaya. Kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai (values) yang dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat terhadap berbagai hal. Baik nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan aspek-aspek kejiwaan/psikologis, yaitu apa yang terdapat dalam alam pikiran. Aspek-aspek kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila disadari, bahwa tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam pikiran orang yang bersangkutan. Sebagai salah satu hasil pemikiran dan penemuan seseorang adalah kesenian, yang merupakan subsistem dari kebudayaan.
Perdukunan VS Globalisasi
Mungkin kita semua sudah tidak asing lagi dengan istilah Perdukunan dan Globalisasi. Seperti yang telah kita baca di atas bahwa Perdukunan adalah : Istilah penghinaan yang digunakan untuk menggambarkan praktik non medis ujungnya penipuan. Sedangkan Globalisasi adalah: keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan antar manusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi semakin sempit, atau istilah anak jaman sekarang bisa di sebut sebagai jaman gaul.
Di era Globalisasi yang semakin menjadi, mungkin istilah atau masalah Perdukunan jarang kita dengar. Kebanyakan masalah perdukunan ada di zaman-zaman terdahulu. Orang zaman sekarang mungkin banyak yang sudah tidak percaya lagi dengan Perdukunan. Seiring berkembangnya era Globalisasi yang mendunia ini, lebih banyak orang yang lebih suka mengikuti gaya-gaya yang sedang trend di dunia ini ketimbang mengikuti Perdukunan yang terdahulu yang sudah mulai punah. Tetapi, ada beberapa orang yang masih percaya tentang sistem Perdukunan di era yang sudah modern ini. Sayang sekali jika di zaman yang sudah canggih ini kita masih percaya dengan praktek-praktek Perdukunan.
So, kita harus tetap berhati-hati dan tetap percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa
cuma satu yang tidak mau diglobalisasikan yaitu Nilai mata uang ! yah tetap nilai satu rupiah tidak akan menjadi satu dollar.
BalasHapus